All about Christian Dying 6
Nats : Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? (1 Korintus 15:55)
Bacaan : 1 Tesalonika 4:13-18
Bacaan : 1 Tesalonika 4:13-18
Pada saat berada di luar ruang ICU untuk menanti perubahan kondisi
seseorang yang saya kasihi, saya diingatkan bahwa kematian akan menimpa kita
semua: baik tua maupun muda, lelaki maupun perempuan, miskin maupun kaya.
Dalam 1 Tesalonika 4, Paulus
menghibur mereka yang merasa kehilangan karena kematian orang yang dicintai. Ia
berkata kepada mereka bahwa kesedihan yang berlebihan tidak menghasilkan
apa-apa. Wajar jika kita menangis karena kehilangan, tetapi janganlah kita
menangis seperti orang yang tak berpengharapan. Sebaliknya, kita harus
berpegang pada tiga kepastian tentang kematian.
Kepastian yang pertama adalah bahwa jiwa manusia tidak pernah mati. Jiwa
orang percaya tinggal di dalam Tuhan (ayat 14). Mereka yang meninggal
meninggalkan dunia yang penuh permasalahan ini untuk "mati di dalam
Yesus".
Kedua, Yesus akan datang untuk orang-orang percaya; baik orang percaya yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Yesus akan kembali untuk anak-anak-Nya
(ayat 16,17).
Ketiga, akan ada reuni yang penuh sukacita. "Sesudah itu, kita yang
hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama
dengan Tuhan (ayat 17).
Dengan mengetahui tiga kepastian tentang kematian tersebut, maka
orang-orang percaya yang kehilangan orang yang dicintai akan sangat terhibur.
Walaupun kita terpisah sementara dengan mereka, kita akan bertemu lagi dalam
hadirat Allah --AL
MATAHARI YANG TENGGELAM DI SUATU TEMPAT
ADALAH MATAHARI TERBIT DI SISI DUNIA YANG LAIN
ADALAH MATAHARI TERBIT DI SISI DUNIA YANG LAIN
18 Desember 2006
Nats : Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan
berharap (Ratapan 3:21)
Bacaan : Ratapan 3:19-27
Bacaan : Ratapan 3:19-27
Pada tanggal 14 Februari 1884, istri Theodore Roosevelt, Alice, meninggal
setelah melahirkan putrinya, yang kemudian juga diberi nama Alice. Roosevelt
sangat sedih atas kepergian istrinya, sehingga ia tidak pernah membicarakannya
lagi. Namun, hal-hal yang berkaitan dengan Alice menghantui keluarganya. Karena
bayi yang baru saja lahir memiliki nama yang sama dengan ibunya, maka ia
dipanggil "Sister". Ia tidak pernah dipanggil dengan nama Alice. Pada
hari Valentine, hari bagi orang-orang terkasih, tidak banyak anggota keluarga
Roosevelt yang merasa ingin merayakannya ataupun merayakan ulang tahun Sister.
Hati yang hancur membuat banyak keinginan hati tertahan dan membatu.
Mengubur perasaan tidak akan membantu, tetapi ratapan yang disertai doa
dapat membantu kita. Hati Yeremia hancur karena ketidaktaatan bangsa Israel dan
pembuangan Babel yang menyertainya. Ingatan akan kehancuran Yerusalem
menghantuinya (Ratapan 1-2). Namun, ia
sudah belajar bagaimana caranya meratap. Ia menyebutkan apa yang menyebabkan
dukacitanya, mulai berdoa, dan membiarkan air matanya mengalir. Dengan segera,
fokusnya teralih dari kehilangan yang ia alami pada rahmat pemeliharaan Tuhan
yang selalu siap sedia. "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak
habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu" (3:22,23). Ratapan dapat
membuka jalan bagi kita untuk mengucap syukur.
Dengan belajar meratap kita dapat mendapatkan pandangan yang baru terhadap
suatu harapan dan kita dapat memulai proses penyembuhan serta pemulihan --HDF
DUKACITA ITU SENDIRI ADALAH OBAT --Cowper
30 Oktober 2007
Nats : Saat kematianku sudah dekat (2Timotius 4:6)
Bacaan : 2Timotius 4:1-8
Bacaan : 2Timotius 4:1-8
Kata kematian yang diucapkan oleh Paulus dalam 2 Timotius 4:6 memiliki
arti penting. Alkitab versi King James menggunakan kata keberangkatan
(departure) untuk menggantikan kata kematian pada ayat itu. Kata keberangkatan
berarti "melonggarkan" atau "melepaskan tambatan". Paulus
menggunakan kata yang sama saat mendesah, "Aku didesak dari dua pihak: Aku
ingin pergi dan tinggal bersama-sama dengan Kristus" (Filipi 1:23).
Keberangkatan adalah istilah kelautan yang berarti "berlayar" --
membongkar sauh, melepas tambatan yang mengikat kita pada dunia ini, dan pergi.
Kata itu merupakan kata ganti yang bagus untuk "meninggal dunia".
Bagi orang percaya, kematian bukan akhir, melainkan awal. Itu berarti kita
meninggalkan dunia yang lama ini dan menuju tempat yang lebih baik untuk menyempurnakan
tujuan hidup kita. Kematian merupakan saat bersukacita dan bergembira serta
berkata lantang, "Selamat jalan!"
Namun, semua perjalanan dipenuhi ketidakpastian, terutama saat melewati
lautan yang belum pernah dilayari. Kita lebih takut akan jalan yang kita lalui
daripada kematian itu sendiri. Siapakah yang tahu bahaya seperti apa yang
menghadang kita?
Namun, perjalanan itu sudah dipetakan. Seseorang telah melaluinya, dan Dia
kembali untuk membawa kita melaluinya dengan selamat. Sekalipun kita berjalan
dalam lembah kekelaman, Allah selalu menyertai kita (Mazmur 23:4). Tangan-Nya
memegang kemudi, sementara Dia membimbing kita ke rumah surgawi yang telah
disiapkan-Nya bagi kita (Yohanes 14:1-3) --DHR
ORANG-ORANG YANG TAKUT AKAN ALLAH
TIDAK PERLU TAKUT AKAN KEMATIAN
TIDAK PERLU TAKUT AKAN KEMATIAN
6 November 2007
Nats : Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Bacaan : Filipi 1:19-26
Bacaan : Filipi 1:19-26
Sir Francis Bacon mengatakan, "Saya tidak percaya bahwa ada orang yang
takut mati, mereka hanya takut pada serangan kematian." Woody Allen
berkata, "Saya tidak takut mati. Saya hanya tidak ingin berada di sana
ketika hal itu terjadi."
Yang sangat menakutkan bukanlah kematian, melainkan detik-detik menghadapi
kematian. Ketika Paulus dalam tahanan dan ada kemungkinan ia akan mati di sel
penjara, ia membagikan pandangannya mengenai kehidupan dan kematian,
"Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Filipi 1:21). Benar-benar
cara pandang yang luar biasa!
Kematian adalah musuh kita (1 Korintus 15:25-28),
tetapi kematian bukanlah suatu akhir yang mesti ditakuti sedemikian banyak
orang. Bagi orang percaya, ada sesuatu yang menunggu mereka di luar kehidupan
ini, yaitu sesuatu yang lebih baik.
Seseorang pernah berkata, "Bagi kepompong, sesuatu yang sepertinya
adalah akhir kehidupan, bagi kupu-kupu, hal itu barulah awal kehidupan."
George MacDonald menulis, "Alangkah anehnya ketakutan akan kematian! Kita
tidak pernah takut saat melihat matahari terbenam."
Saya menyukai ungkapan dari Filipi 1:21, "Bagi
saya, hidup berarti kesempatan melayani Kristus, dan mati -- ya, berarti lebih
baik lagi!" (FAYH). Selama menjalani kehidupan jasmani, kita berkesempatan
untuk melayani Yesus. Namun suatu hari, kita akan benar-benar berada dalam
hadirat-Nya. Ketakutan kita akan luntur ketika kita melihat-Nya muka dengan
muka.
Itulah "sesuatu yang lebih baik lagi" yang dimaksudkan Rasul
Paulus! --CHK
BAGI ORANG KRISTIANI, KETAKUTAN AKAN KEMATIAN
JUSTRU MENUNTUN PADA KEHIDUPAN YANG PENUH
JUSTRU MENUNTUN PADA KEHIDUPAN YANG PENUH
12 Januari 2008
Nats : Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita
bersukacita (Mazmur 126:3)
Bacaan : Mazmur 126
Bacaan : Mazmur 126
Seorang pengusaha terlambat menghadiri sebuah rapat penting. Ketika tiba di
gedung pertemuan, tempat parkir sudah terisi penuh. Dikelilinginya semua lahan
parkir, lantai demi lantai. Tak ada juga tempat kosong! Dengan panik ia
berseru: "Tuhan, kasihani aku. Berikanlah tempat parkir sekarang juga. Aku
janji akan berhenti mabuk-mabukan dan ke gereja lagi setiap Minggu!"
Tiba-tiba, persis di depannya sebuah mobil keluar. Spontan ia berkata,
"Tidak jadi janji deh, Tuhan! Aku sudah menemukan satu."
Tuhan kerap kali melakukan perkara besar dalam hidup kita. Namun, seberapa
peka kita menyadarinya? Saat sebuah doa dijawab, sering kita menganggapnya
suatu kebetulan. Bukan karya Tuhan. Mazmur 126 digubah saat
Israel baru pulang dari pembuangan. Penjajahan telah lewat. Kini mereka bisa
kembali ke tanah air. Pemazmur mengingatkan: ini semua terjadi bukan karena
perjuangan para pahlawan, ataupun kebaikan hati penjajah. Ini terjadi karena
Tuhan telah melakukan perkara besar (ayat 1-3). Bahkan, Tuhan masih
akan terus berkarya, di tengah kondisi tanah air yang masih porak-poranda. Dia
akan terus bekerja, saat umat harus kembali membangun dari nol, dengan cucuran
air mata (ayat 4-6).
Pernahkah Anda sembuh dari sakit? Pulih dari hubungan yang retak? Merasakan
kekuatan dalam kelemahan? Mengalami berkat di tengah krisis? Itu adalah bukti
nyata: Tuhan telah melakukan perkara besar dalam hidup Anda di masa lalu. Hebatnya,
Tuhan tak pernah bekerja separuh jalan. Dia masih menyiapkan perkara besar
untuk hari esok Anda. Jangan khawatir atau meragukan pimpinan-Nya! --JTI
TUHAN SUDAH MELAKUKAN PERKARA BESAR BAGI KITA
UNTUK APA KITA MERISAUKAN PERKARA-PERKARA KECIL?
UNTUK APA KITA MERISAUKAN PERKARA-PERKARA KECIL?
Komentar
Posting Komentar